ini kumulai saat larangan mobil yang kukendarai bocor tertusuk paku dalam perjalanan ke luar kota. Huuhh .... Sial ternyata kunci yang ada tidak pas dengan baut roda mobilku ....
Dengan kesal ku susuri jalan ditengah terik matahari menuju sebuah rumah yang terparkir sebuah angkot tua, semoga saja pemiliknya punya kunci yang pas dengan baut ban mobilku.
"Selamat sakit ... ..!" Sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.
"Sore ..." terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara. Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo masuk rumah itu ...... ..Opss ... ..ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anak ......
Oh .. Tuhan ku lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anak yang masih besar balita.
"Maaf mbak ...... apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya?" Tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan, seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu ............ .. "Oh ... .sebentar pak saya Tanya dulu suami saya ...! "Jawab wanita tadi sambil buru-buru tutup dada indahnya yang mungkin ia sadar jika aku menikmatinya.
Kata kunci untuk kata kunci. Yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih, kami sempat berbincang dan berkenalan.
"Maaf pak .... Rencananya mau kemana ...? Tanya wanita itu. "Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor" Jawabku sekenanya. "Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk pasang saudara yang katanya berdomisili disana, tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak" Kata wanita itu diamini oleh suami yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang- bincang
Pucuk dicinta ulam tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa peluang kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anak, dengan alasan masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu. Cita aku memang hanya sendiri di kendaraaanku.
Sepanjang perjalanan kita ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya bisa kuketahui nama wanita itu adalah Dewi. Sampai kami tiba di kota tujuan.
"Mbak Dewi rencana mau nginap dimana? kan hari sudah mulai gelap tentunya susah mencari alamat saudaranya waktu begini "tanyaku. "Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan" Jawab Dewi dengan sedikit samb.
"Bagaimana kalau kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama cari alamat saudara mbak itu!" Tawarku kepada Dewi. "Tapi mas apa tidak merepotkan?" Tanyanya dengan nada ragu tapi mau.
Kujawab "Ya ... enggak lah ... .kan mbak Dewi sudah membantu saya jadi tidak ada salahnya kan kalo saya membalas pertolongan itu ...." Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS ......... ... "Ya deh mas .... Saya ikut mas aja! "Jawabnya pasrah.
Setiba di penginapan ternyata yang sudah tertinggal 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar penuh. "Aduh mbak perangkatnya ada satu yang kosong, gimana nih ......" Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit pak
"Udahlah mbak .... Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa ". "Tapi mas ......" jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut di belakangku menuju cara sambil mengangkat tas Dewi dan tasku sendiri.
Setelah masuk dalam ruangan dan segala hal dengan layanan kamar yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Dewi terduduk di sofa sambil memandangku bingung.
"Silahkan mandi dulu mbak ...... itu sudah bersih dan ini sabun cair dan sampo saya yang bisa mbak pake, saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja, karena penginapan ini tidak siap makan malam yang sesuai dengan selera saya ". Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Dewi untuk digunakan dan Dewi nurut aja apa yang ku sampaikan.
Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita, apalagi Dewi bisa kuperoleh cerita jika dia baru 3 tahun menikah dengan suami yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya.
Namun dalam perjalanan pDewikahannya kurang kurang perhatian terhadap selayaknya suami kepada sesatnya hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lain yang kurang mau tahu termasuk hubungan terjemahnya di kota ini.
Tibalah waktu kita kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku jika aku yang tidur di sofailik Dewi di tempat Tidur. Maklum deh Dewi masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal.
Nampak jelas bentuk tubuh khusus payudara yang kutaksir gagang 36 B, menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah tahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas.
Rupanya Dewi melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, bukan dia penyebabnya, jadi akhirnya dia pun bersuara. "Mas .... Nggak bisa tidur ya ... sudah mas disini saja ... toh tempat tidur ini masih cukup luas ".
Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab "... .Ya deh .... Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan ... ". "Nggak koq mas silahkan aja" jawabnya.
Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Dewi. Ternyata Dewi sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak lolos dalam jasku atau tidur.
"Ihh .... Mas ... .itu apa yang berdiri dibalik celana mas .... "Lugu Dewi bertanya. "Ahh ... mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga". Jawabku sekenal sekaligus dalam hati mengatakan TUNGGU TANGGAL MAINNYA.
Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan Dewi, dan tidak ada yang berasal dari Dewi yang membuatku semakin berani menarik dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra.
"Mas jangan panggil aku mbak ya ... namai aja namaku" tiba-tiba Dewi bersuara, "oh iya .... "Jawabku. "Maaf mas, Dewi koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami Dewi yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas ini" kata Dewi lagi,
"Akupun begitu er .... , awal melihatmu ingin enak aku memelukmu! "jawabku sedikit merayu sambil memeluk dari belakang dan belakang belakang gigi belakangnya, yang tanpa sekali terlihat jelas Dewi begitu menikmati. Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus seputar puting yang nampak kian mengeras.
Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Dewi selain desahan nafas yang terus memburu tidak teratur, menandakan Dewi sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air pleasure wanita yang sedang kearah puncak kenikmatan.
Tidak disangka Dewi membalikkan badannya yang terbungkus karet kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali terlihat jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata bisa jadi gaya yang mampuh memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.
"Mas ...... !!!!!!". sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Dewi seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya. "Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku ......... akhhh ... .akkhhhh !!!!!!".
Dewi semakin tidak bisa menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting teteknya yang kian mengeras. Berangsur ke puser perut dan kelubang kenikmatan. "Okhh..okkhhhh ...... ..masri ...... nikmat ...... ..akhhkk ......" Tak kuasa Dewi menahan erangannya.
Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat, diterangi cahaya lampu tidur yang temaram. "Dewi aku sudah nggak tahan lagi ... ..pengen ngentot memek kamu!"
Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut Dewi yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.
Dewi rupanya mengerti dengan kata kataku, maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kontolku ke lubang memeknya secara perlahan tapi pasti, naik turun tidak beraturan,
"Oh .... Mas nikkkkkmattttt ......... !!!!! "Dewi mulai mengoceh kesetanan," Mas kontolmu enak sekali ......... .. "tambah Dewi. Akupun semakin keras memompa dan membantingnya ke kasur untuk merubah posisi dengan gaya Doggy, menggenjotnya dengan tetap meremas tetek Dewi, "Mas aku cape ............" keluh Dewi,
Kubalikkan mantra dengan posisi MOT karena posisi pamungkas karena kontolku sudah mulai terasa berdenyut keras, "Ohkkhhh ... ..masaku nggak tahan ...... .akh .. !!!!" Dewi mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan memeknya makin memelintir batang kontolku, " Oh ... .Dewi tahan sebentar lagi aku juga mau keluar .... "Pintaku ke Dewi seembari meninggikan RPM genjotan kontolku di memek Dewi.
Dan tiba-tiba "AKHH ............... !!!!" Teriak Dewi bersama dengan itu akupun tak bisa lagi menahan semburan sperma kontolku dalam memek Dewi sambil tetap mengisap puting tetek Dewi yang kian mengeras.
Kita berdua tidak bisa mengulas apa yang terjadi aku yang jelas aku dan Dewi sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap lagi tubuhku tengkurap di atas tubuh Dewi dengan kontol yang masih tertancap di memek Dewi.
Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil Dewi si wanita desa dengan ceceran air memek Dewi dan sperma kontolku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun, dan er Dewi masih tertidur dengan ceceran sperma dan air memek yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur, kubangunkan Dewi dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.
"Mas ...... maafin Dewi ya, koq Dewi malah suka mas bercinta .." kata Dewi menyesal namun masih dipatenkan. "Nggak apa koq Dew ... aku juga senang dengan apa yang kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja" kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku.
"Akh ... .mas ini bikin malu aja .." sambil mencubit perutku. "Jujur deh mas Dewi baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul buat Dewi serasa terbang keawan" sambung Dewi. Sambil mengelus kontolku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.
"Mas ... boleh nggak Dewi minta lagi .." Pinta Dewi. MENGAPA TIDAK pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan. "Gimana ya ... .. tapi aku sudah cape nih" jawabku untuk layanan yang lebih ekstra tentunya, "trus gimana dong mas? "Dewi benar-benar sudah memelas," Dewi mesti tau dong apa yang ku mau! "Jawabku lagi.
Tanpa ba bi bu Dewi langsung mengulum kontolku dengan ganasnya dan tanganku tidak ada untuk mengobarkan obok tetek Dewi yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kontolku diisep, ia menggigit halus meletakkan susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.
"Dewi kita pindah ke sofa aja yuk!" Sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gantian Dewi yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya.
"Ahkk .... Mas terus mas ... .. "erang Dewi. Dewi benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak jadi harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.
"Masssss .. cepat entot aku mas sudah tidak tahan nih ... .." suara lirih Dewi memintaku agar menusuk kontol ke memeknya. Blassss ............ "Akhhh .......... .." lirih Dewinya lagi.
Entah apa karena suasana subuh itu yang sedang sepi atau memang setan sudah sangat dominan otak kita berdua, langsung aja dengan posisi Dewi yang nungging di sofa ku benamkan batang kontol ini yang juga sudah ingin belajar permainan dashyat ini.
Kugenjot berulang-ulang ke dalam lubang memek Dewi dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua "Ohhhh ... Dewi ......." Bersamaan dengan orgasmenya Dewi, yang membuatku semakin tak tahan menahan diri dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.
Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi. "Mas kapan kita bisa ketemu lagi?" Tanya Dewi. "Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Dew .." jawabku.
Ceritanya aku terselamatkan Dewi makin cepat alamatnya dan sebelumnya mampir di toko hp untuk membelikan Dewi HP yang bisa saya gunakan bila ingin tau Dewi.
Kisah ini terus ditempat yang lain dan kesempatan yang lain, tentunya tanpa sepengetahuan suami Dewi.
nonsense
Saturday, February 3, 2018