Malam itu Husna terlihat cantik dan sexy sekali, saat itu Husna mengenakan gaun malam yg bisa membuat mata lelaki yg memandangnya menelan air liur dan terbangkit gairahnya, gaun malam mini warna hitam dgn belahan yg menampakkan bulatan buah dadanya serta bagian punggung yg terbuka lebar memperlihatkan kemulusan punggungnya, sementara tali gaunnya yg kecil terikat di tengkuknya.
Warna hitam gaunnya sangat kontras dgn warna putih kulitnya, kedua puting payudaranya tercetak samar-samar di gaun malamnya, nampaknya Husna tidak mengenakan breast holder dibalik gaunnya itu, karena warna gaunnya yg hitam tonjolan kedua putingnya tidak terlalu kentara jika hanya sekilas memandang Husna, gaun warna hitam yg Husna kenakan tidak terlalu ketat membalut tubuh Husna, memang Husna memilih yg tidak terlalu ketat agar bisa leluasa bergerak, tetapi tetap memperlihatkan bentuk tubuh Husna yg sexy.
Malam itu Husna memang diajak oleh suaminya untuk makan malam, dan seperti yg suaminya jelaskan ditelpon tadi siang, suaminya akan mengadakan jamuan makan malam untuk clientnya, sebetulnya Husna merasa malas untuk datang, karena ia pikir acara makan malam ini pasti membosankan, karena selama makan malam ia hanya akan mendengarkan obrolan soal bisnis saja, dan ia hanya akan jadi pajangan selama makan malam berlangsung, apalagi ia berpikir pasti rekan bisnis suaminya ini seumuran dgn suaminya yg sudah kepala 5, Husna sudah membaygkan acara itu bakalan betul-betul membosankan. Tapi suaminya memaksa ia untuk ikut alasannya suaminya sudah lama tidak mengajak makan malam karena kesibukannya.
Tepat jam 6 sore, mobil suaminya tiba dihalaman rumahnya, melihat itu Husna keluar rumah dan mengunci pintunya, saat itu supir suaminya telah turun dari mobil dan membukakan pintu mobil dibagian penumpang, Husnapun bergegas naik kedalam mobil.
“Sore, Bu,” supirnya menyapa Husna.
“Sore, Din, Bapak mana?,” jawab Husna dilanjutkan dgn bertanya keberadaan suaminya.
“Tadi sudah saya antar duluan ke hotel xxx, lalu saya disuruh kesini untuk jemput ibu dan mengantar ibu ke tempat tadi,” jawab Udin menjelaskan.
“Oh, ya sudah, ayo jalan, Din,” kata Husna.
Setengah jam kemudian Husna tiba di hotel xxx, kemudian ia turun dan langsung menuju ke restoran yg telah disebutkan oleh suaminya tadi siang, saat ia melewati lobby semua mata lelaki yg berada di situ tidak berkedip memandangi Husna, sesampainya di restoran seorang pelayan menyambutnya, kemudian Husna menanyakan meja suaminya, pelayan ini kemudian mengantar Husna ke meja suaminya.
“pak Patrick, ini Husna istriku, dan Mah, ini pak Patrick clientku yg tadi siang kuceritakan,” kata suaminya setibanya Husna di meja mereka.
“Malam, Bu,” Patrick menyapa Husna, sambil menyorongkan tangannya untuk menjabat tangan Husna.
“Malam, Pak,” jawab Husna sambil menyambut tangan Patrick.
Kemudian dgn penuh sopan Patrick mempersilahkan Husna untuk duduk, Husna sedikit terkejut dgn client suaminya ini, tebakan dia jauh meleset, karena kalau dilihat dari wajahnya, umur dari client suaminya ini paling seumuran dia, wajahnya ganteng, tubuhnya atletis beda jauh dgn tubuh suaminya, genggaman tangannya hangat ia rasakan, tatapan matanya membuat jantungnya berdetak kencang.
Saat makan malam berlangsung Husna sering mencuri pandang tanpa diketahui oleh suaminya, kadang-kadang tatapan matanya bentrok dgn mata Patrick yg kebetulan sedang menatap ke dia. Husna merasakan jantungnya berdetak dgn kencang setiap mata mereka beradu, kedua pipinya merona merah entah karena tatapan Patrick atau karena pengaruh Tricke yg mereka minum yg entah sudah berapa gelas yg mereka minum, wajah Husna semakin Nampak mempesona dgn semburat merah yg menghiasi pipinya, Patrick sendiri semakin sering mencuri pandang melihat Husna saat mendengarkan penjelasan soal kontrak bisnis dari suaminya.
Husna melihat suaminya begitu antusias menjelaskan tentang kontrak bisnis itu dan nampaknya suaminya mendominasi pembicaraan ini, Husna melihat wajah suaminya yg sudah memerah karena pengaruh alcohol, Husna melihat Patrick kadang-kadang mengangguk tanda setuju lalu tersenyum.
“Jadi, bagaimana, pak Patrick?” tanya suaminya
“Apanya,”Patrick balik bertanya, ia agak sedikit kaget karena saat itu ia sedang memperhatikan Husna.
“Soal, kontrak bisnis kita, Apa proposal yg saya berikan tadi siang sudah dipelajari?” tanya suaminya lagi.
“Oh, soal itu, sudah saya pelajari dan ada beberapa syarat tambahan yg ingin saya tambahkan dalam proposal itu,” jawab Patrick.
“Syarat apa saja, Pak?” kembali suaminya bertanya.
“Wah, saya lupa, tapi saya sudah kasih note kok di proposal bapak tadi,”Patrick menjawab.
“OK..OK..proposalnya pak Patrick bawa sekarang?” suaminya bertanya kembali.
“Hahaha…pak Hendro memang pebisnis tulen, kita kan lagi makan malam jadi saya tidak bawa,”Patrick menjelaskan.
“Hehehe…bukan begitu pak Patrick, alangkah bagusnya kalau kita bisa selesaikan malam ini, syarat-syarat tambahan pak Patrick akan saya lihat, kalau tidak terlalu memberatkan pihak kami, saya akan langsung setujui, terus kita bisa tanda tangani pra-kontrak itu, baru besok kita buat kontrak kerjasamanya,” suaminya menjelaskan.
“Baik..baik.. saya ambil proposal dulu, pak Hendro dan ibu bisa tunggu saya disini,”Patrick berkata sambil tersenyum.
“Oh, gak usah repot-repot, pak, bagaimana kalau kita ikut bapak saja, itu kalau bapak gak keberatan, soalnya begini pak, daripada bapak bolak-balik,lebih baik kami yg kekamar bapak, setelah selesai, kami langsung pulang dan pak Patrick bisa langsung istirahat,” Suaminya menimpali tawaran Patrick.
“Hhmmm…baiklah, tapi apa tidak lebih kalau bapak saja yg ikut dan ibu bisa menunggu disini, soalnya takut nanti orang berprasangka buruk tentang ibu” Patrick berkata kembali.
“Ah, bapak, tidak apa-apa, kan saya ini suaminya, jadi tidak akan ada yg berprasangka buruk soal dia, lagipula lebih kurang baik kalau dia sendirian duduk disini,” suaminya menjelaskan.
“Oh, iya pak Hendro betul juga,” Patrick mengangguk setuju setelah mendengar penjelasan suaminya.
Akhirnya mereka beranjak meninggalkan restoran itu menuju kekamar Patrick, ternyata Patrick tinggal di salah satu kamar yg mewah yg ada di hotel ini, kamarnya terdiri dari dua bagian, bagian pertama saat masuk terdapat Bar dipojok sebelah kanan pintu masuk, lalu ada sofa 321 dan meja kerja, sementara tempat tidurnya terletak dibagian yg satunya lagi, Husna memperkirakan kamar mandi dan toiletnya ada di dalam kamar tidurnya, Patrick mempersilahkan Husna dan suaminya duduk, sementara dia sendiri menuju meja kerja untuk mengambil proposal, Patrick menyerahkan proposal tersebut ketangan suaminya, suaminya langsung membaca kembali proposal tersebut yg telah banyak coretan-coretan dan tambahan-tambahan dari Patrick, nampak kepala suaminya manggut-manggut saat membaca proposal tersebut.
“OK…OK…pak Patrick, saya sudah baca kembali dan saya tidak keberatan dgn penambahan-penambahan dari bapak,”kata suaminya.
“Well…bagus kalau begitu saya senang jika bapak dan ibu menyetujui syarat tambahan dari saya, selanjutnya bapak tinggal paraf di setiap coretan-coretan saya dan tandatangani, lalu saya akan melakukan hal yg sama,” Patrick berkata sambil tersenyum penuh arti.
“Hahaha..bapak bisa aja, istri saya pasti setuju dgn syarat tambahan bapak, kan kontrak kerja ini akan menambah keuntungan untuk kedua perusahaan kita dan otomatis menambah keuntungan juga buat dia,”suaminya berkata menjelaskan, sementara Husna sendiri hanya dapat tersenyum tanpa mengerti sedikitpun tentang hal ini.
“Ok, saya akan suruh pelayan untuk memfotocopy proposal ini, nanti aslinya saya simpan, pak Hendro bawa copyannya, jadi besok bapak bisa suruh orang bapak untuk buat proposal yg sudah direvisi ini, saya akan datang kekantor bapak besok untuk menanda tanganinya,”kata Patrick.
“Ok, pak,” jawab suaminya singkat.
Kemudian Patrick beranjak menuju kekamar tidurnya, Husna mendengar sayup-sayup suara Patrick dari dalam kamar, nampaknya Patrick sedang menelpon pelayan untuk datang kekamarnya, Husna sedikit heran kenapa Patrick menelpon dari dalam kamarnya, sementara dimeja kerja juga ada telpon.
Tak lama berselang Patrick keluar dari ruangan dan ia menjelaskan kepada suaminya untuk menunggu sebentar, karena ia sedang memanggil pelayan untuk memfotocopykan proposal yg sudah mereka tanda tangani. Sambil menunggu kedatangan pelayan, kami mengobrol ringan, Husna melihat suaminya sudah agak mabok akibat pengaruh Tricke yg mereka minum saat makan malam tadi.
Kira-kira lima belas menit kemudian bel pintu berbunyi, Patrick beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu, Nampak oleh Husna pelayan hotel berjumlah 2 orang masuk sambil membawa bucket (ember dari stainless steel), disetiap bucket itu terisi oleh botol, nampaknya waktu menyuruh pelayan datang itu Patrick sekalian memesan Champagne, pelayan itu meletakkan pesanan Patrick di meja Bar, kemudian Patrick menyerahkan proposal dan meminta mereka untuk memfotocopykannya.
“Pak Hen, bagaimana kalau kita merayakan kerjasama ini sambil minum Champagne,” tawar Patrick.
“OK, pak, hal ini memang wajib untuk dirayakan agar kerjasama kita semakin baik,”sambut suaminya semangat.
Husna sedikit khawatir melihat keadaan suaminya, ia takut nanti suaminya mabok dan tertidur disini, tidak mungkin dia harus memapahnya kalau sampai hal itu terjadi, tapi dalam hatinya membatin biar kalau nanti suaminya tertidur dia akan meminta pelayan untuk memapahnya ke mobil, sementara pikirannya sedang memikirkan hal itu, Patrick sedang berjalan kearah mereka sambil membawa gelas berisi Champagne di kedua tangannya.
“Mari kita bersulang semoga kerjasama kita ini akan sukses, minumnya harus sekaligus habis, karena dgn itu menandakan bahwa tidak akan ada penundaan dalam hal kerja sama kita ini”kata Patrick setelah menyerahkan gelas kepada Husna dan suaminya.
“Beres, pak, ‘Bottom Up’,” kata suaminya, Husna sendiri hanya membalas dgn senyuman.
Mereka bertiga langsung menenggak habis minuman masing-masing, setelah habis Patrick mengambil gelas kosong itu dan kembali beranjak ke Bar untuk mengisi lagi gelas kosong tersebut.
“Satu kali lagi kita bersulang,” sahut Patrick setelah menyerahkan gelas yg sudah terisi oleh Champagne ke Husna dan suaminya.
“OK, once more,”kata suaminya sambil terkekeh-kekeh, Husna melihat keadaan suaminya dan ia tahu bahwa suaminya sudah semakin dipengaruhi oleh alcohol.
Mereka kembali menegak minuman itu kembali dalam satu tegukan gelas mereka kembali kosong, kemudian Patrick beranjak ke Bar untuk mengambil botol champagne, setelah itu ia kembali mengisi gelas-gelas mereka yg sudah kosong tadi, sekarang ini Patrick tidak mengajak untuk bersulang, Patrick dan Husna meminum satu teguk saja dan menaruh gelas mereka di meja, sementara Hendro meminum Champagne tersebut sampai habis dgn sekali teguk saja, dan tanpa menunggu Patrick untuk mengisi kembali gelasnya yg sudah kosong, ia mengambil sendiri botol Champagne itu dan menuangkannya ke gelasnya yg sudah kosong, saat itu bel pintu kembali berbunyi, Patrick beranjak menuju kepintu dan membukanya, Nampak oleh Husna salah satu pelayan yg tadi datang menyerahkan dokumen ke Patrick, sambil mengucapkan terimakasih Patrick menyelipkan tip ketangan pelayan tersebut, dan menutup pintu kamarnya.
Yg tidak disadari oleh Husna dan suaminya adalah ketika Patrick menuangkan minuman yg pertama dan kedua, saat itu Patrick memberikan campuran kedalam minuman mereka, cairan itu berasal dari dua botol kecil yg berbeda. Nampaknya Patrick sudah merencakan hal ini saat dia menelpon dari dalam kamarnya, cairan yg dia masukkan kedalam gelas Husna adalah cairan perangsang sementara yg dimasukkan kedalam gelas suaminya adalah cairan obat tidur.
“OK, pak terimakasih, akan saya suruh anakbuah saya untuk merevisi proposal sesuai dgn kesepakatan kita, sekarang kami pamit pulang dulu,”kata Hendro dgn mata hampir terpejam, saat ia menerima dokumen tersebut dari Patrick.
“OK, sampai ketemu besok dikantor bapak,” balas Patrick.
Husna dan suaminya berdiri, kemudian melangkah menuju kepintu, tetapi baru sekitar enam langkah tubuh Hendro mulai limbung, untung Patrick yg berada disampingnya sempat meraih tubuh tersebut, kelihatannya Hendro sudah betul-betul tumbang akibat pengaruh alKohol dan pengaruh obat tidur yg dicampurkan oleh Patrick tadi, bukan hanya suaminya saja yg sudah terpengaruh, tapi
Husna sendiri yg berjalan dibelakang juga sudah dipengaruhi oleh obat perangsang yg dicampurkan oleh Patrick tadi, Husna merasakan keganjilan ditubuhnya terutama di daerah sensitifnya seperti dibuah dada dan dikemaluannya, ia merasakan gatal dan geli yg aneh dan ia menginginkan daerah-daerah tersebut disentuh, dibelai, dan diremas, sementara lubang kemaluannya menginginkan sodokan-sodokan batang kemaluan lelaki. Husna berusaha untuk menutupi hal tersebut tetapi semakin ia lawan semakin kuat hasratnya.
Sambil berusaha untuk melawan hasrat tersebut, Husna membantu Hendro untuk memegangi suaminya, yg ia lihat sudah tertidur, kemudian Husna mendengar Patrick berkata untuk membaringkan sebentar suaminya ditempat tidur, tanpa membantah Husna mengikuti gerakan Patrick yg memapah suaminya keruangan tidur, setelah merebahkan suaminya ditempat tidur Husna meminta ijin kepada Patrick untuk menggunakan kamar mandinya, Patrickpun mempersilahkan Husna untuk menggunakan kamar mandinya.
Husna tidak melihat Patrick saat ia keluar dari kamar mandi, setelah melihat keadaan suaminya yg Nampak tertidur dgn lelapnya, Husnapun beranjak kearah ruang tamu dan ia melihat Patrick sedang berada di Bar sedang membuka botol Champagne yg satunya lagi dan ia melihat botol Champagne yg pertama sudah kosong, melihat kedatangan Husna, Patrick menawarkan minuman lagi, yg dijawab dgn anggukan oleh Husna, sambil berjalan kearah Bar
Setelah menuangkan minuman kedalam gelas, Patrick berjalan kearah Husna yg sudah berdiri di meja Bar, diserahkannya gelas yg berisi Champagne ke Husna, kemudian Patrick mengadukan bibir gelasnya ke bibir gelas Husna, merekapun meminum satu teguk minuman itu kemudian menaruh gelas mereka di meja Bar, mereka kemudian terlibat perbincangan ringan, saat itu Husna baru menyadari posisi berdiri Patrick yg sangat dekat dgn dirinya, aroma tubuhnya yg harum tercium oleh Husna dan menambah rangsangan aneh kepada dirinya.
Tiba-tiba dgn lembut Patrick membalikkan tubuh Husna, wajah mereka begitu berdekatan, Husna merasakan nafas yg keluar dari hidung Patrick menerpa wajahnya, dgn lembut Patrick mengangkat dagu Husna lalu Patrick mengecup perlahan bibir Husna, Husna merasakan getaran aneh yg mengalir saat bibirnya tersentuh oleh bibir Patrick, matanya terpejam mulutnya sedikit terbuka, Patrick yg melihat ini tersenyum, kemudian ia mengecup kembali bibir Husna dgn lembut, dilanjutkan dgn jepitan bibirnya kebibir bagian bawah Husna, dihisapnya bibir bagian bawah Husna sehingga membuat Husna mendesah.
“Ohhhh…,” Husna mendesah.
Patrick melanjutkan aksinya dgn melumat seluruh bibir Husna, lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulut Husna, kemudian lidahnya menari didalam rongga mulut Husna, Husna membalas dgn menyentuhkan lidahnya kelidah Patrick, lidah mereka menari bersentuhan didalam rongga mulut Husna.
Sambil tetap mencumbu mulut Husna, tangan Patrick mulai beraksi, diraihnya ikatan tali gaun Husna lalu ia tarik, dan ia lepaskan ikatannya, dgn perlahan tapi pasti gaun yg dikenakan oleh Husna mulai meluncur perlahan kebawah kakinya, saat ini hanya CELANA DALAM hitam yg masih melekat ditubuh Husna, kedua tangan Patrick perlahan-lahan mulai turun dari leher Husna yg jenjang ke arah kedua bukit kembar Husna, setelah kedua bukit kembar Husna berada dalam genggamannya Patrick mulai meremas-remas kedua buah dada Husna, yg kadang-kadang ditingkahi oleh pilinan-pilinan lembut di kedua puting payudaranya.
“Hhhmpp…ssshhh…oohh…,”desah Husna merasakan nikmatnya sentuhan dan remasan tangan Patrick di kedua buah dadanya, pikiran sehatnya sudah terpengaruh oleh rangsangan obat dan belaian jemari Patrick, ia tidak memperdulikan bahwa suaminya sedang tertidur diruangan sebelah dan mungkin saja bisa bangun kapan saja.
Aksi Patrick semakin menjadi, ia tahu bahwa Husna sudah dalam pengaruh obat perangsang yg ia berikan tadi, dan ia juga tidak takut akan suaminya yg bisa bangun kapan saja, karena ia tahu bahwa suaminya tidak akan bangun sampai besok pagi, obat tidur yg ia berikan tadi cukup membuat orang akan tertidur sampai 20jam, jadi ia akan punya kesempatan untuk menikmati tubuh indah istri clientnya ini sampai puas.
Ciuman Patrick berpindah ke leher Husna, membuat Husna semakin menggeliat, lalu menurun kearah dada Husna, dgn lembut putting payudara sebelah kanan Husna dikecup oleh Patrick, dilanjutkan dgn jilatan-jilatan diputing tersebut dan kadang-kadang dihisap-hisapnya payudara Husna, tangan kirinya masih aktif dgn remasan dan pilinan dipayudara dan puting sebelah kiri, sementara tangan kanannya mulai meluncur kearah selangkangan Husna, dgn gerakan perlahan tapi pasti tangan kanan Patrick menyelusup kedalam CELANA DALAM Husna, terasa oleh Patrick kemaluan Husna sudah basah, jemari Patrick menggesek-gesek klitoris Husna dgn lembut, kombinasi aksi yg dilakukan Husna membuat Husna semakin mendesah, rintihan nikmatnya meluncur tanpa henti dari mulut Husna.
“Oohh..enak..terus..kamu hebat oohh..melayg aku jadinya…puaskan aku..ohh..,”rintih Husna.
Tangan kiri Patrick menghentikan aksinya dan meluncur turun kearah CELANA DALAM Husna, iapun menarik keluar tangan kanannya, lalu dgn kedua tangannya CELANA DALAM Husna mulai dilepas perlahan-lahan, sementara ciumannya mulai merambat turun, saat bibirnya sampai diselangkangan Husna, CELANA DALAM Husnapun sudah turun sampai ke kaki Husna, dgn lembut diangkatnya sedikit kaki kiri Husna sehingga CELANA DALAM Husna terlepas dari kaki sebelah kirinya, lalu ia meletakkan kaki Husna di pijakan kaki kursi bar, setelah itu ia meregangkan kaki kanannya, selangkangan Husna sedikit terbuka dgn posisi ini, Patrickpun mulai mejilati kelentit Husna dan kadang-kadang ditingkahi dgn hisapan-hisapan lembut, dua jari tangan kanannya ia masukkan kedalam rongga kemaluan Husna dgn perlahan, Husna melenguh akibat double action yg dilakukan oleh Patrick.
“Ohh…Trick, nikmat sekali, terus Trick, hisap itilku, yach begitu, Oh..,”lenguh Husna, merasakan nikmat yg luarbiasa, tanpa Husna sadari panggilan bapak yg dari makan malam tadi ia lontarkan sudah berganti menjadi panggilan nama.
“Yach..terus..begitu..oh enak sekali, puaskan aku..Trick,” kembali Husna melenguh saat Patrick mulai mengocok kemaluannya dgn kedua jari tangannya dan hisapan-hisapan di kelentitnya.
Gerakan tangan Patrick yg keluar masuk di kemaluan Husna semakin menjadi, kadang-kadang ia putar-putar jari tangannya, kadang-kadang ia pijat-pijat dinding memek Husna oleh tangannya, sementara tangannya beraksi mulutnya tidak berhenti menjilati dan menghisap-hisap kelentit Husna.
“Oh..aku tidak tahan lagi, aku mau keluar, oohhh…nikmaat..sekalii…aaaghhh …aaku..keluar,” Husna mengerang saat ia mencapai puncak kenikmatannya.
Sssrrrrr….ssrrrr….sssrrrr….. tubuh Husna mengejang, dan mengejut-ngejut saat kemaluannya mengeluarkan cairan kenikmatannya, sementara tangannya meraih kepala Patrick dan menekan kepala Patrick kearah kemaluannya, pantatnya mengejut-ngejut seirama dgn kemaluannya yg menyemburkan lahar kenikmatannya, dinding kemaluan Husna berkedut-kedut itu yg dirasakan oleh tangan Patrick, Patrickpun merasakan tangannya disiram oleh hangatnya cairan kenikmatan Husna, dan cairan itu mulai mengalir keluar lewat tangan Patrick.
Patrick segera berdiri setelah badai nafsu Husna mereda, dan kejutan-kejutan tubuh Husna berhenti, tangan kirinya merengkuh tubuh Husna, tangan kanannya memegangi dagu Husna lalu diciumi dgn lembut bibir Husna, kemudian tangan kanannya beranjak ke buah dada Husna, dgn lembut Patrick membelai-belai bulatan dan puting buah dada Husna, mendapat perlakuan tambahan.
Ini Husna merasakan sensasi yg berbeda daripada biasanya, sisa-sisa kenikmatan yg berhasil ia raih semakin indah ia rasakan akibat perlakuan Patrick ini.
Cerita Ngentot, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Ngentot Terhangat, Cerita Ngentot Hot