Namaku Mutia 29 thn. Orang bilang saya memiliki segalanya , kecantikan, kekayaan dan keindahan tubuh yg menjadi idaman setiap perempuan. Dengan tinggi badan 165cm verat badan 51kg menjadikan aku memiliki pesona bagi laki-laki mana saja. Apalagi wajahku boleh di bilang cantik dengan warna kulit kuning langsat dan rambut hitam sebahu. Aku menikah hampir dua tahun. Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga minang terpandang. Sedangkan suamiku, sebuta saja Rahman adalah seorang staf pengajar di sebuah universitas swasta di kota Padang.
Cerit ML – Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negri, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah tugas ke kota padang agar dapat berkumpul keluarga. Setelah melalui birokrasi yg cukup ribet ditambah sogok sana sogok sini akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di kota padang.
Cerita Selingkuh – Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian. Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini. Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyeleseaikan tugas-tugas yg sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu. Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yg cukup jauh yg harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku.
Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku yg juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.
Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal satpam jika hendak pulang. Sebut saja namanya Pak Eko, satpam yg kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yg mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu di antar. Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok Gudang Garam kesukaannya.
Pak Eko adalah lelaki berusia 40 tahunan. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa. Ia memang asli Jawa dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun. Ia sudah beristri yg sama-sama berasal dari Jawa. Akupun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.
Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget saat yg mengantarku bukan Pak Eko, tetapi orang lain yg belum cukup kukenal.
“Lho Pak Eko di mana, Bang?” tanyaku pada satpam yg mengantarku.
“Anu, Bu, Pak Eko hari ini minta ijin tdk masuk. Katanya istrinya melahirkan,” katanya dengan sopan.
Akhirnya aku tahu kalau yg mengantarku adalah Pak Sarju, satpam yg biasanya masuk pagi.
“Kapan istrinya melahirkan?” tanyaku lagi.
“Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu,” jawabnya.
Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sarju.
Awal Perselingkuhan
Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sarju karena Pak Eko tdk masuk kerja. Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Eko di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yg cukup parah atau bleeding. Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yg agak lumayan setelah post partum. Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Eko, dengan pertimbangan selama ini Pak Eko telah setia mengawalku setiap pulang kerja.
Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Eko seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tdk seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu. Ya, rasa persaudaraan! Itulah yg lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yg sangat sederhana dan terpencil. Memang rumahnya berada di tengah kebun yg penuh ditanami pisang dan kelapa.
Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga yg letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Eko.
Suatu hari, saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Eko. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Pak Eko untuk menunggu hujan reda.
Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yg sudah tua untuk membuatkan kopi baginya. Sementara Pak Eko menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.
Hujan tdk kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Pak Eko masih duduk menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan. Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll, aku ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang. Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.
“Gimana sekarang punya anak, Pak? Bahagia kan?” tanyaku membuka percakapan.
“Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yg tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tdk muda lagi…”
“Memang, Pak… Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi…” Aku tdk dapat meneruskan kata-kataku karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.
“Tetapi kenapa, Bu… Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada… Rumah juga sudah ada… Apa lagi,” timpalnya seolah-olah ikut prihatin.
“Yach…itu lah pak… dari materi memang kami tdk kekurangan, tetapi dalam hal yg lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia.”
“Mmm maksud ibu…” tanyanya terheran-heran.
“Itu lho pak… Pak Eko kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Rahman juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari. Sekarang aja Bang Rahman sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang.”
“Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu… Kami yg orang kecil seperti ini selalu kesusahan mikir apa yg hendak dimakan besok pagi… sedangkan keluarga Ibu yg tdk kekurangan materi malah bingung tdk dapat kumpul.”
Matanya sempat melirikku yg saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink. Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yg putih memang terbuka. Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur. Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Eko yg selama ini selalu bersikap sopan padaku. Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Eko. Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Eko.
Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku. Aku sadar tubuhku yg terbuka telah membuatnya terangsang. Bagaimanapun, ia tetaplah seorang lelaki normal…
Mungkin karena hujan yg semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yg sudah mini itu jadi tersingkap. Pahaku yg mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.
“Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk. Aku sadar bahwa pakaian yg kukenakan saat itu agak tipis sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.
“Oh ya, Pak Eko masuk saja ke dalam soalnya hujan kan… Di luar dingin…”
“I..iya, Bu..” jawab Pak Eko agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi.
Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tahu ia tentu sudah lama tdk menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari. Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan.
Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Eko, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.
Pak Eko pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku. Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang. Aku yg semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana menundukkan Pak Eko yg tentu saja tdk mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor.
Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Eko. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yg sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tdk tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu.”
“Silakan, Pak.. Pakai yg di dalam saja.”
“Ah.. enggak, Bu saya enggak berani.”
“Enggak apa-apa… Itu, Pak Eko masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu.”
“Baik, Bu…”
Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yg ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yg mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan yg selalu dibawa-bawanya saat berjaga… atau bahkan mungkin lebih besar lagi.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yg bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yg menyambar-nyambar.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yg memelukku dari belakang. Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Pak Eko yg kukira tdk mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yg keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tdk tahan…” desisnya diiringi dengus napasnya yg menderu.
Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yg kukuh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.
“Pak Eko… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Pak Eko yg semakin liar meremas toketku dari luar gaunku.
“Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tdk tahan lagi..” diulanginya ucapanya yg tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting toketku dari luar gaun tipisku.
Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yg menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Pak Eko yg keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.
Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Pak Eko yg panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Pak Eko hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yg kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Pak Eko beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku.
Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Eko yg kasar menyusup CD nylonku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yg nakal menyentuh lubang anusku.
Gila..!! Benar-benar lelaki yg kasar dan liar. Tapi aku senang karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku. Ia selalu mencumbuku dengan lembut. Ini sensasi lain..!! Kasar dan liar…apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Eko yg berbau khas lelaki! Tanpa parfum…gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini. Hal ini mengingatkanku pada saat aku bermain gila dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu.
“Akhh..pakk..Ekoohh jangg…anhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Eko. Pak Eko yg sudah sangat bernafsu sudah tdk mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar digigitnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yg ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku.
“Akhh..pakk..akhh..jang..akhh”
Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Pak Eko dengan rakusnya menggigiti kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yg kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Eko. Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yg terkenal itu.
“Emhh..pantat ibu indahh…” kudengar Pak Eko menggumam mengagumi keindahan pantatku.
Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.
“Ouch…shh…Am..ampunnhhh” aku mendesis karena tdk tahan dengan rangsangan yg diberikan lelaki kasar yg sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor. Aku benar-benar pasrah total.
Liang memekku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Eko menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yg rakus mencium dan menyedot-nyedot liang memekku dari arah belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri. Tapi aku tak peduli yg penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!
“Ouch… shh…terushhh.. Ohhh, Pak Ekohhh…”
Dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila!! Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Eko menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yg sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yg sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yg menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan.
Pak Eko semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.
“Akhhh…Pak Ekonnhhh akhhh…”
Aku mendesis melepas orgasmeku yg pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Pak Eko melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Eko.
Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yg menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yg sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yg kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya!!
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.
“Hkkk…hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Mutiiaa..ni benar-benar legithhhh…” Gumam Pak Eko di sela-sela napasnya yg memburu. Didesakkannya batang k0ntol Pak Eko ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yg luar biasa menerpaku. Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat…
Gila… Pak Eko menyetubuhiku di ruang makan tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku! Gaunku tdk dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan CD nylonku sudah terbang entah kemana dilempar Pak Eko.
“Ouhh Pak Ekon.. ahhhh….”
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yg amat sangat saat Pak Eko mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Pak Eko dengan gairah meluap-luap.
Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Eko dengan semangat menghunjamkan batang k0ntolnya ke dalam jepitan liang kemaluanku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja! Tangan kiri Pak Eko menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya.
Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang k0ntol Pak Eko. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan batang k0ntol Pak Eko yg menghunjam dalam-dalam.
Suara benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Eko yg terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Pak Eko semakin tajam tercium hidungku. Oh..inikah surga dunia… Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.
“Ouhmmm terushh.. terushh.. yg kerashhh..”
Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.
“Putar, Bu…putarrrhh”
Kudengar pula Pak Eko menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang k0ntolnya semakin keras menyodok liang kemaluanku yg sudah kian licin. Aku merasakan batang k0ntol Pak Eko mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yg kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yg amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri. Pak Eko semakin keras dan liar menghunjamkan batang k0ntolnya yg terjepit erat liang kemaluanku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.
“Arghhh… terushhh, Buu… goyangghhhh… arghh…”
Batang k0ntolnya yg terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…
Serr.. serr.. serr…
Beberapa kali air mani Pak Eko menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yg dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman batang k0ntol Pak Eko yg masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.
“Ouch… akhh.. terushh.. Pak Ee..kooh…”
Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Eko untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Eko. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yg baru saja kami peroleh.
Batang k0ntol Pak Eko kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku. Perlahan namun pasti akhirnya batang k0ntol itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yg basah oleh cairan kami berdua.
Gila, banyak sekali Pak Eko mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yg menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan.
“Ibu benar-benar hebat… Saya jadi sayang Ibu…” bisik Pak Eko di telingaku.
Aku hanya diam antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yg bukan suamiku… Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor, betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain.
Aaah…. tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor… Ia benar-benar tahu cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita. Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Eko yg sedang memeluk tubuh bugilku. Ia tentu tak tahu kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain. Pak Eko dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.
Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks… Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya, sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku… Sangat luar biasa bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yg tak berpendidikan seperti Pak Sitor.
“Su.. sudah, Pak… Nanti Mbok Sarmi bangun,” kulepas tangan Pak Eko yg masih memelukku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Eko yg kekar. Lalu aku meninggalkan Pak Eko yg masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Sekali lagi aku mandi di malam yg dingin itu.
Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yg sudah terjadi barusan. Ada beban biologis besar yg rasanya terlepas dari dalam diriku. Pak Eko sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yg hebat… Di lain pihak, akal sehatku mulai kembali. Aku tahu aku telah kembali mengkhianati suamiku. Belum lagi memikirkan Pak Eko sebagai bawahanku yg kini telah terlibat hubungan intim denganku… Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti… Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air, akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani….
Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yg sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku! Meja makanku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat CD nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas. Pak Eko masih membetulkan celana dinasnya.
“Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu…”
“Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam.”
Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Eko yg berceceran di lantai. Sementara itu Pak Eko mandi di kamar mandi yg baru saja kupakai.
Permainan Kedua
Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yg masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Pak Eko yg hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.
Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.
“Jangan di situ, Pak…” bisikku. “Aku tdk mau bersetubuh di lantai kamar mandi yg dingin! Bisa-bisa masuk angin nanti!”
“Ke kamar tidur depan aja, Pak…”
Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Pak Eko! Apalagi aku juga menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur depan yg memang khusus untuk tamu bila ada yg menginap. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar tamuku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC!
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Pak Eko menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yg tebal terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngasi didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Pak Eko yg mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Pak Eko itu adalah anak buahku. Yg kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Pak Eko mulai menyingkap gaun baby dollku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri!! Aku memang belum sempat memakai CD dan BH setelah mandi tadi. Lalu dengan sekali tarik Pak Eko melepas handuk yg melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!
Benar dugaanku! Ternyata batang k0ntolnya berwarna hitam dengan rambut yg sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yg biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang memekku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…
Aku tdk sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Pak Eko menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yg telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yg padat menjadi sasaran mulutnya yg bergairah!
Gila.. Liar dan panas! Itulah yg dapat kugambarkan. Betapa tdk! Pak Eko mencumbuku dengan semangat yg begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah dadaku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Pak Eko.
Tanganku pun dibimbing Pak Eko untuk dipegangkan ke batang k0ntolnya yg tegak menjulang.
“Ouch… shhh… enakhhh..”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Pak Eko yg panas dengan liar mempermainkan puting toketku yg sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi toketku, Pak Eko duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari toketku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Pak Eko yg sudah duduk di pembaringan, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Toketku yg kencang menjepit batang k0ntol Pak Eko yg hitam dan keras itu!
“Hhh…sssshh”
Pak Eko mendesis saat batang k0ntolnya yg besar dan hitam itu terjepit toketku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga toketku semakin erat menjepit batang k0ntolnya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Pak Eko yg sangat lebat menggesek-gesek pangkal toketku. Apalagi batang k0ntolnya yg keras terjepit di tengah belahan kedua buah toketku, hal ini menimbulkan sensasi yg lain daripada yg lain.
Aku tdk sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Pak Eko yg kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya, sementara tangan satunya memegang batang k0ntolnya yg berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang k0ntolnya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang k0ntol Pak Eko yg mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tdk muat dimasuki benda itu.
“Arghh..ter..terushhh, Buu…”
Mulut Pak Eko mengoceh tak karuan saat kumasukkan batang k0ntolnya yg sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Pak Eko terus memegangi kepalaku seolah takut aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Pak Eko dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan k0ntolnya, mataku senantiasa menatap mata Pak Eko. Sesekali aku pun melempar senyum manisku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh alat vitalnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.
“Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan k0ntolmu yg besar dan indah ini dengan mulut dan kedua tanganku….”
Pak Eko pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yg kulakukan dengan penuh ketulusan.
Tdk puas bermain-main dengan batang k0ntolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yg memanjang dari ujung kepala kemaluan Pak Eko hingga ke pangkalnya. Pak Eko semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Pak Eko secara bergantian.
“Ib.. Ibu.. heb..bathh… ohhh… sssshh.. akhhh…”
Aku semakin nakal, bibirku tdk hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Eko yg ditumbuhi rambut. Pak Eko semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Aku tahu aku telah bertindak sangat gila. Aku yakin telah mengalahkan pelacur yg manapun saat memberikan layanan kepada pelanggannya. Seorang pelacur bahkan dibayar untuk melakukan itu semua. Sedangkan aku memberikannya secara gratis kepada Pak Eko! Aku yakin Pak Eko pun belum pernah mendapatkan layanan istimewa ini dari wanita manapun, termasuk dari istrinya… Pastilah ini karena rasa horny yg telah menyelimuti sekujur tubuhku!
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Pak Eko dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Pak Eko. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis batang k0ntolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga batang k0ntolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Pak Eko kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yg amat sangat tetapi aku tdk dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…
Aku tahu Pak Eko melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yg sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Pak Eko karena aku pun kini dapat menikmatinya.
Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Pak Eko membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.
Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Pak Eko dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu.
“Jang..jang..an dimerah ya, Pak…” erangku memohon padanya.
Tentu saja aku tdk mau disedot sampai merah soalnya besok pasti orang sekantor pada ribut.
“Tdk.. Bu…. saya cuma gemasss!!” desis Pak Eko sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.
“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot toketku.
“Aaaauuwwww…..” jeritku terkejut karena gerakannya yg tiba-tiba.
Rupanya Pak Eko dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yg banyak di seputar kedua toketku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu. Aku hanya bisa berharap agar semua cupang itu telah hilang saat Bang Rahman pulang nanti.
Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas toketku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulut Pak Eko dengan liar dan gemas menyedot toketku bergantian. Kedua puting toketku dipermainkan oleh lidahnya yg panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yg sudah basah. Liang memekku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Pak Eko menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang kemaluanku yg sudah semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulut Pak Eko menggigit-gigit perut bagian bawahku yg masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.
“Akhh.. Pak…ouchh..” Aku mendesis saat bibir Pak Eko menelusuri gundukan bukit kemaluanku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yg ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidah Pak Eko yg panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Pak Eko bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yg tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yg tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat aku semakin kelabakan.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Eko dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yg terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yg amat sangat.
“Akhhh Pakk…Ekonhh…ak..ku..ohhhh…”
Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Pak Eko dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Pak Eko yg kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Eko hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Pak Eko lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yg masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yg disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang k0ntolnya yg sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yg sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Aku menahan napas saat Pak Eko mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang k0ntol Pak Eko mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Pak Eko sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tdk terburu-buru melesakkan seluruh batang k0ntolnya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang k0ntolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.
Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami.
Kami bisa melihat saat-saat yg indah itu secara utuh melalui cermin besar yg ada di kamar tidur tamu. Tiba-tiba aku melihat bahwa kami adalah pasangan yg sangat serasi. Terlihat tubuh Pak Eko yg bugil memiliki otot-otot yg keras dengan kulit yg berwarna gelap. Tubuhku yg bugil pun terlihat bagus dengan kulit yg putih dan otot-otot yg kencang karena sering berolah raga secara teratur. Kami betul-betul terlihat sangat serasi. Karena itu, kupikir Pak Eko benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya.
Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing yg tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah.
Bibir Pak Eko memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa batang k0ntol Pak Eko yg terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Pak Eko menarik batang k0ntolnya dari jepitan liang kemaluanku.
“Akhh..” aku menjerit tertahan. Rupanya Pak Eko nakal juga!!
“Enak, Bu..?” bisiknya.
“Kamu nakal Pak Ekohhh…ohhh…”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Pak Eko mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Aku tdk diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang k0ntolnya yg besar, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran toketku yg dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Eko. Kedua puting toketku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Eko. Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil!!
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Eko masih belum apa-apa!! Ini tdk boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Eko.
“Giliran aku di atas, Sayang….”
Gila…! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan satpam di kantorku!
Pak Eko meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang k0ntolnya dari jepitan liang kemaluanku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.
Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Pak Eko mulai membeliak saat batang k0ntolnya yg terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang. Pantat Pak Eko pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Shhh… oughh… terushh.. Buuu… arghhhh…!”
Pak Eko mulai menggeram. Tangannya yg kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.
Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yg masih turun di luar sana. Cengkeraman Pak Eko semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang k0ntolnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yg kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Eko. Ada semacam arus listrik yg menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.
“Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…”
Aku menjerit melepas orgasmeku meminta Pak Eko untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Pak Eko. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yg begitu berat.
Aku hanya pasrah saat Pak Eko yg belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Pak Eko menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang k0ntolnya di belahan kemaluanku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style.
Setelah tepat sasaran, Pak Eko mulai menekan pantatnya hingga batang k0ntolnya amblas tertelan lubang kemaluanku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Eko mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Eko yg semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku, kedua pahaku yg terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Eko.
Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang k0ntol Pak Eko yg menghunjam ke dalam liang kemaluanku.
Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat batang k0ntol Pak Eko menggesek-gesek kelentitku.
“Ugh..ugh..uhhh…”
Terdengar suara Pak Eko mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.
“Terushhh… terushh, Pak… terushhh… ahhh…”
Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Pak Eko tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yg terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yg sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Eko ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi.
Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tdk mampu bergerak lagi. Pak Eko melepaskan batang k0ntolnya dari jepitan kemaluanku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Eko menindihku.
Lubang kemaluanku yg sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yg ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang k0ntolnya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang k0ntolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku. Tubuh kami yg sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Pak Eko..hebatthhh..” bisikku.
“Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya…” demikian kilahnya.
Namun kami tdk dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Eko sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantat Pak Eko kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yg kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Pak Eko semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Eko semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yg sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Eko.
“Ugh… ughh… uhhhh…”
Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Eko menopang pantatku dan menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang k0ntolnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang k0ntolnya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.
Crrt… crrtt.. cratt… crattt.. crrat… Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yg sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yg baru kami raih. Batang k0ntol Pak Eko yg masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang k0ntol Pak Eko tetap tertancap dalam liang kemaluanku.
Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Eko pulang kembali ke kantor.
Kami sepakat bahwa kami akan berlaku wajar seolah-olah tdk terjadi apa-apa diantara kami.
Mulai Saling Merindu
Sudah hampir dua bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Eko kami tdk melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah. Di samping itu, aku juga sempat dinas luar sehingga tdk ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan tongkat Pak Eko. Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Akhirnya kesempatan yg kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yg namanya rezeki, tdk perlu dikejar dan tdk dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.
Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan
pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah, aku mencoba datang ke kantor. Siapa tahu ketemu
Pak Eko.
Sesampai di kantor, ternyata dia tdk ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Eko sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu.
Terdorong kerinduanku, aku memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya, aku meluncur ke rumahnya yg kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh.
Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Eko yg sudah sangat kukenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena aku memang sering datang ke situ.
Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya, aku mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah.
“Yu…yu Sarni… ini aku Mutia…”
Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Eko, namun tdk ada jawaban. Rumah tdk terkunci namun tdk ada orang.
Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tdk ada orang satu pun di kebun belakang rumah.
Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yg terletak di sudut belakang rumah Pak Eko. Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Eko hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yg tdk begitu kukenal. Aku memang tdk suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yg dinyanyikan dengan suara fals itu. Itu suara Pak Eko yg sangat kukenal di telingaku.
Dengan rasa iseng kuintip Pak Eko yg sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yg agak longgar. Kulihat tubuh Pak Eko yg kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang k0ntolnya yg besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang k0ntolnya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Eko yg menyabuni tubuhnya.
Pak Eko yg hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yg terletak di beranda belakang rumahnya.
“Lho… Bu Mutia… Sudah lama datangnya?”
Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
“Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana, kok sepi?”
“Em.. anu, Bu Sarni sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya.”
“Lho kok enggak bareng sama Pak Eko?”
“Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silahkan masuk, Bu…”
Aku pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Eko. Begitu pintu ditutup, Pak Eko langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Bu Mutia…” bisiknya di telingaku.
Aku sendiri juga kangen dengan Pak Eko. Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku.
“Ahh… Pak Eko bisa saja… Kan sudah ada Yu Sarni…”
“Memang sih… tapi benar saya kangen sama Ibu…”
Tangannya yg terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yg membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yg kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yg penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting toketku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.
Jilatan lidah Pak Eko terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yg sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yg tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan di sini, Pak Eko…hhh…”
Aku yg sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tdk disetubuhi di ruang tengah yg agak terbuka.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yg ada di rumah itu. Di situ tdk ada tempat tidur seperti di rumahku. Yg ada hanya kasur yg sudah agak kumal yg terhampar di lantai yg dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua toketku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yg kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yg mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran toketku yg dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik toketku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil Pak Eko. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yg melilit di pinggang Pak Eko hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tdk mengenakan CD!! Batang k0ntolnya yg panjang, besar dan berwarna hitam gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang k0ntolnya dan meremas serta mengurutnya.
“Oughhh…terushh, Bu…”
Pak Eko mendengus keenakan saat kuremas-remas batang k0ntolnya yg membuat aku tergila-gila.
“Akhhh…ouchh….”
Kini giliranku yg mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan Pak Eko menyusup ke dalam CDku dan meremas-remas gundukan kemaluanku yg sudah basah. Tdk Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah memekku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah memekku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Eko semakin masuk ke dalam liang memekku. Rasanya liang memekku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Eko melepaskan tanganku dari batang k0ntolnya dan bersimpuh di depanku yg masih berdiri. Serta-merta digigitnya CDku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.
Kini mulut Pak Eko sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Eko mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
“Akhh. Terushhh..ohhh..”
Aku hanya bisa merintih sat lidah Pak Eko menyeruak ke dalam liang kemaluanku yg sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam liang kemaluanku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Eko dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.
Pak Eko sudah tdk peduli dengan keadaanku yg kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang memekku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yg melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yg amat sangat. Tubuhku melayang…
“Akhhh….terr..ushhhh…”
Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yg meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.
Pak Eko lalu berdiri di hadapanku.
“Bagaimana, Bu..?” bisiknya di telingaku.
“Ohh..luar biasa..Pak Eko hebbb …bathh,” desahku.
Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Pak Eko menyergap bibirku lagi. Pak Eko menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yg terbuka lalu dicucukkannya batang k0ntolnya ke lubang kemaluanku yg sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Eko menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Eko menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku.
Dengan perlahan Pak Eko mendorong pantatnya ke depan hingga batang k0ntolnya menyeruak ke dalam liang kemaluanku.
“Hmmhh…”
Hampir bersamaan kami mendengus saat batang k0ntol Pak Eko menerobos liang kemaluanku dan menggesek dinding liang memekku yg sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Eko. Pak Eko terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang k0ntolnya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri.
Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Eko mencabut batang k0ntolnya yg terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang k0ntolnya ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua tangan Pak Eko meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang k0ntolnya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yg sudah sangat licin.
“Ughh..ughhh…” Kudengar Pak Eko mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.
Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Eko dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.
Napas Pak Eko semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang k0ntolnya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yg sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang k0ntol Pak Eko.
“Terusss.. Buu…terusshhh” Pak Eko mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
“Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya… keluarhhh, Buuu…”
Kudengar Pak Eko menggeram saat batang k0ntolnya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Eko hingga batang k0ntolnya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku. Baru saja aku menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang k0ntol Pak Eko di dalam liang memekku.
Crat…crrtt..crutt…crttt..crott..!!
Banyak sekali cairan sperma Pak Eko yg tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.
Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Eko memeluk dadaku dan batang k0ntolnya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yg biasa ditiduri Pak Eko dan istrinya.
Kami berbaring dengan Pak Eko masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang k0ntol Pak Eko yg sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yg menempel ke pantatku dari batang k0ntol Pak Eko. Aku tak tahu dengan kain apa Pak Eko menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yg menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Eko.
Aku tdk tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Eko. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yg memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yg memukul-mukul bibirku tadi adalah batang k0ntol Pak Eko yg sudah setengah ereksi.
Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang k0ntolnya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Pak Eko memegang bagian belakang kepalaku dan mencoba memasukkan batang k0ntolnya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang k0ntol laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka…
Kurasakan ada sedikit asin-asin yg agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang k0ntol Pak Eko yg disodorkan padaku. Belakangan aku baru tahu bahwa Pak Eko langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, ia langsung terangsang melihat diriku yg masih tertidur dalam keadaan bugil.
Demikianlah selanjutnya, ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan k0ntolnya ke mukaku supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang k0ntol itu semakin mengeras dalam kulumanku.
Beberapa saat kemudian Pak Eko membalikkan posisinya. Batang k0ntolnya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.
Dibentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal batang k0ntol Pak Eko.
Aku ikut menyedot batang k0ntolnya saat Pak Eko menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi pak wajah Eko menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Eko.
Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Eko mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang memekku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang k0ntolnya.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yg menyergapku. Pak Eko dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.
Pak Eko masih membiarkan batang k0ntolnya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Pak Eko menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang k0ntolnya ke lubang kemaluanku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang k0ntol Pak Eko secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang k0ntolnya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yg kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang k0ntol Pak Eko ke dalam lubang kemaluanku.
Kini aku duduk di atas perut Pak Eko yg setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Eko mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek toketku.
Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang k0ntol laki-laki yg menancap di lubang kemaluanku.
“Akhh… shhh… terushhh.. Pak Eee..koohhh”
Aku mendesis-desis saat Pak Eko ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua toketku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Eko. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Eko. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh..terusshhh … ouchhh….”
Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Eko.
Pak Eko lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang k0ntolnya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yg tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yg sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang k0ntolnya.
Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang k0ntolnya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Pak Eko mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.
“Ughh..ughhh… putarrrhhh… Buu…putarrrhhh… ugghhh…”
Kudengar Pak Eko mendengus memerintahku memutar pantatku.
Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yg masih ada.
“Terushhh.. terushhh ter…oughhhh!!”
Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Eko berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang k0ntolnya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang k0ntolnya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Crottt…crott..crott…
Batang k0ntolnya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuh Pak Eko masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.
“Oughh… Bu.. Ren..ni hebattthhhh…” bisiknya di telingaku dengan napas yg masih ngos-ngosan.
Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang k0ntolnya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yg baru saja kami raih.
Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Eko. Aku kaget saat mau kupakai CDku ternyata sudah basah oleh lendir yg masih menempel. Rupanya tadi Pak Eko menyeka lubang memekku dengan CDku! Sialan juga terpaksa aku tdk memakai CD.
Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi.
Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Pak Eko yg hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celanaku lagi-lagi Pak Eko merangsekku di kamar mandinya yg terbuka.
Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.
Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang k0ntolnya yg sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang k0ntolnya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah keras, dicucukkannya batang k0ntolnya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu dikosek-kosekkannya ujungnya ke alur sempit itu yg sudah mulai basah.
Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Pak Eko menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yg terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Pak Eko menggenjot dari belakang.
Gila. Pak satpam satu ini memang gila! Bagaimana tdk ia punya dua tongkat satu dapat membuat orang kesakitan sedangkan yg satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan! Aku pun jadi ketagihan dibuatnya dan resmilah Pak Eko menjadi kekasih gelapku.